Archibuana. Powered by Blogger.
RSS

Archimasi

TUGAS

UJIAN AKHIR SEMESTER


CIREBON AUDITORIUM MUSIC CLASSIC

( Tema : Metafora Dalam Bangunan)




Disusun oleh   :
IRWAN DINATA
EA. 090003


UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
BANDUNG
2012/2013


ABSTRAK
Musik adalah ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan terutama aspek emosional.
Perkembangan musik klasik di Cirebon terasa masih tertinggal dibandingkan dengan perkembangan musik klasik di Jakarta atau kota yang berkembang lainnya, sedangkan geliat musik klasik di Cirebon kurang dan jarang diadakan event atau acara-acara musik klasik. Ada konser-konser kecil dengan menggelar lomba dan resital piano.
Gedung Auditorium Musik Klasik di Cirebon adalah bangunan yang diperuntukan sebagai tempat untuk menggelar konser musik klasik dan belajar atau kursus yang bertujuannya adalah untuk mengenal alat musik klasik seperti Harpischord,Piano,Biola,Brass,dan Cello. Sedangkan untuk lokasi yang dipilih di Cirebon Pusat memang dikhususkan untuk fasilitas perdagangan dan jasa. Lokasi ini dipilih karena memiliki potensi yang besar dalam sektor perdagangan dan pariwisata di Cirebon, lokasi ini sangat cocok bagi proyek Gedung Pagelaran Musik Klasik di Cirebon.
Proyek Gedung Pagelaran Musik Klasik di Cirebon ini dibuat dengan konsep bangunan yang baru dengan bertemakan metafora dalam bangunan, yang diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Cirebon untuk mengunjungi gedung pertunjukan musik ini.


















BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perkembangan musik klasik di Cirebon terasa masih tertinggal dibandingkan dengan perkembangan musik klasik di Jakarta atau kota-kota berkembang lainnya. Ditambah dengan kurangnya tenaga profesional yang ada serta fasilitas- fasilitas pendukung lainnya. Banyaknya kursus-kursus musik di Cirebon tidak ditunjang dengan adanya suatu tempat atau gedung dimana pertunjukan musik dapat diadakan khususnya bagi pagelaran musik orkestra dan musik klasik. Hal inilah yang turut menghambat perkembangan musik khususnya di Cirebon, sehingga konser-konser musik klassik diadakan di hotel-hotel berbintang yang notabene kurang memadai dari segi akustiknya.
Cirebon belum memiliki auditorium pertunjukan musik dan tujuan mendirikan auditorium music, dimana agar menjadi wadah atau tempat belajar para pecinta musik klasik di cirebon sehingga musik klasik lebih berkembang. Sarana auditorium dengan fasilitas yang memadai akan menunjang dan memperlancar perkembangan musik. Namun Auditorium konser tersebut tidak tersedia di Cirebon. Memang ada Gedung sebagai gedung kesenian namun sayangnya gedung ini tidak memenuhi standart sebagai gedung konser.
Melalui perancangan inilah Auditorium ini nantinya akan didesain berdasarkan standart internasional, dimana memperhatikan pengaturan akustik, panggung,tata ruang serta penghawaan. Selain itu gedung ini juga ditunjang dengan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya sehingga tidak hanya untuk perkembangan musik dibidang pertunjukkan tetapi di segi pendidikan dan pengetahuan musik terutama musik klasik.


1.2  Permasalahan

Masalah utama yang diperhatikan dalam Auditorium ini bagaimana mencerminkan karakter musik klasik itu sendiri, dari segi interior dan memerlukan adanya perhitungan secara akustik, dan dimana dengan mengambil bangunan auditorium dengan tema metafora ini.
Desain Auditorium dengan tema metafora ini, metafora yang dipakai berangkat dari konsep , ide, satu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan, satu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke dalam pikiran orang lain satu kesatuan sistem makna. Dengan membandingkan obyek visual sebagai acuan kreatifitas rancangan pada bangunan  lebih memperhatikan kenyamanan pengunjung, dan bagi pengguna auditorium agar tetap nyaman berada berada di dalamnya melihat dari kondisi site.
Penerapan tema ini agar lebih menggali sumber inspirasi suatu bangunan, semakin tersamar, dan menimbulkan persepsi masing-masing bagi pengguna Auditorium ini.
Masalah lain pada desain Auditorium ini yang harus dipecahkan adalah masalah kebisingan terhadap arah dimana bangunan menghadap jalan, dan faktor cuaca atau iklim yang harus diperhatikan sehingga memerlukan perhitungan secara akustik, dan juga perhitungan akustik untuk ruang-ruang, kapasitas pengunjung yang datang.
Dari perkembangan musik di cirebon musik klasik memang masih kurang di banding aliran musik yang lainnya dan tertinggal dan belum ada auditorium khusus untuk mengadakan event-event.
1.3  Maksud dan Tujuan

Maksud dari perancangan Auditorium Musik Klasik ini adalah untuk menyediakan wadah seperti gedung pagelaran yang memadai tentang musik klasik dan untuk perkembangan musik klasik di Cirebon dari segi hiburan, pendidikan, dan pengetahuan sehingga para pecinta, peminat, dan komunitas musik klasik dapat lebih leluasa menyalurkan aspirasinya dari fasilitas yang sudah tersedia Adapun tujuan dari perancangan Auditorium Musik Klasik Center ini adalah:
       Sebagai tempat untuk pertunjukkan apresiasi musik bagi para pecinta musik klasik, dari musisi lokal maupun musisi kelas internasional dengan fasilitas yang memadai, dan mengikuti standart internasional.
       Memajukan dan mengembangkan musik klasik pada masyarakat khususnya masyarakat Cirebon sehingga dapat berkembang tidak hanya nasional tetapi secara internasional.


1.4  Deskripsi Proyek

      1.         Judul Proyek                : Cirebon Auditorium Music Classic
      2.         Tema                           : Metafora Dalam Bangunan
      3.         Lokasi Proyek             : Jl. Brigadir Jendral Dharsono
      4.         Peruntukan Lahan        : Pendidikan, Sosial (Stadion , Auditorium), Jasa .                                                                       
      5.         Kondisi Site                 : Kontur Tanah Relatif Datar
      6.         Luas tapak                   :+ 9000
      7.         Batas Utara                  :Jl. Brigadir Jendral Dharsono
      8.         Batas Selatan               : Kawasan Industri
      9.         Batas Timur                 : Pemukiman Warga
      10.       Batas Barat                  : Area Pendidikan       
     
11.       KDB                            : 60%
      12.       KLB                             : 3
      13.       GSB                             : 6 m
      14.       Sifat Proyek                 : Fiktif
      15.       Pemilik Proyek                        : -



1.5  Tema Proyek
“ Metafora Dalam Bangunan “
Tema pada perancangan Cirebon Auditorium Music Classic ini adalah “ Metafora Dalam  Bangunan”, Metafora dalam arsitektur dibangun melalui konsep perwujudan konsep desain. Konsep desain tersebut pada bangunan. Konsep tersebut ‘dipindahkan’ ke dalam ruang tiga dimensi. Tekstur, bentuk dan warna dirancang untuk menghasilkan kualitas visual ruang yang unik, meliputi lantai, dinding, atap dan sebagainya. Ruang-ruang inilah yang kemudian membawa makna khusus sebagai ekspresi metaforik dalam bangunan.
metafora dalam arsitektur. Sebuah gaya bahasa arsitektur yang membawa, memindahkan dan menerjemahkan kiasan suatu obyek kedalam bentuk bangunan (ruang tiga dimensi).
MenurutAnthony C. Antoniades : “Poetic of Architecture : Theory of Design” Metafora terbagi menjadi 3 yakni :
        Intangible Metaphor (metafora yang tidak diraba)
yang termasuk dalam kategori ini misalnya suatu konsep, sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-kualitas khusus (individual, naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya)
       Tangible Metaphors (metafora yang dapat diraba)
Dapat dirasakan dari suatu karakter visual atau material
        Combined Metaphors (penggabungan antara keduanya)
Dimana secara konsep dan visual saling mengisi sebagai unsur-unsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
   Dari pengertian Auditorium itu sendiri yang dikutip dari pendapat/ teori yang dikemukakan  beberapa ahli, dilanjutkan dengan uraian jenis
dan bentuk acara yang lazim diselenggarakan.  Setelah itu berturut-turut akan dibahas tata cara penyelenggaraan kegiatan, jenis, dimensi ruang-ruang,kebutuhan ruang yang diperlukan serta Studi banding dari beberapa fasilitas Auditorium yang telah ada sebagai contoh.

2.1  Tinjauan Umum

Pengertian Auditorium itu sendiri adalah Auditorium berasal dari kata audiens (penonton/penikmat) dan rium (tempat). Sehingga Auditorium dapat diartikan sebagai tempat berkumpulnya penonton unutk menyaksikan suatu acara tertentu. Berdasarkan jenis aktivitas yang dapat berlangsung didalamnya.
Untuk mendapatkan suatu kesimpulan mengenai kegiatan Konvensi, akan dikutip beberapa pendapat/ teori yang dikemukakan oleh beberapa Ahli maupun sumber :

Leslie L. Doelle ( penulis buku Akustik Lingkungan):
“Auditorium sebagai tempat untuk mendengar, berkembang sejak teater terbuka kalsik.  Walaupun demikian, sedikit sekali petunjuk bahwa orang-orang yunani dan Romawi memberikan perhatian khusus pada prinsip-prinsip akustik ketika mereka memilih tempat alami dan membangun teater terbuka.



2.1.2 Jenis Auditorium

·         Auditorium untuk pertemuan, yaitu Auditorium dengan aktivitas utama percakapan (speech) seperti untuk seminar, konferensi, rapat besar, dan lain-lain.

·         Auditorium untuk pertunjukan seni, yaitu Auditorium dengan aktivitas utama sajian kesenian, seperti seni musik, tari, dan lain-lain. Secara akustik, jenis Auditorium ini masih dapat dibedakan lagi menjadi Auditorium yang menampung aktivitas musik saja dan yang menampung aktivitas musik sekaligus gerak.
·         Auditorium multifungsi, yaitu Auditorium yang tidak dirancang secara khusus untuk fungsi percakapan atau musik, namun sengaja dirancang untuk berbagai keperluan tersebut, termasuk pameran produk, perhelatan pernikahan, ulang tahun, dan lain-lain.
Dalam penyelenggaraan kegiatan Auditorium, terdapat beberapa bentuk pertemuan yang lazim diselenggarakan antara lain :
Seni Musik : Pertunjukan yang menonjolkan harmonisasi nada dari berbagai instrument music , termasuk juga suara yang dihasilkan dari vocal seseorang.
Teater  : Gedung/ ruangan tempat pertunjukan film, sandiwara, dsb.  Ruangan besar dengan deretan kursi-kursi ke samping dan kebelakang untuk mengikuti peragaan ilmiah/ kuliah.  Pementasan Drama sebagai suatu seni atau profesi seperti seni drama/ Sandiwara
Seni Tari : Merupakan kreativitas Universal seseorang dan tari berfungsi sebagai kekuatan sentral dan vital untukl menunjukan serta membentuk gaya hidup dalam masyarakat tertentu.


         2.1.3 Definisi Musik Klasik
     Musik klasik adalah komposisi musik yang lahir dari budaya Eropa sekitar tahun 1750-1825.  Biasanya musik klasik digolongkan melalui periodisasi tertentu, mulai dari periode klasik, diikuti oleh barok, rokoko, dan romantik. Pada era inilah nama-nama besar seperti Bach, Mozart, atau Haydn melahirkan karya-karyanya yang berupa sonata, simfoni, konserto solo, string kuartet, hingga opera. Namun pada kenyataannya, para komposer klasik sendiri tidak pernah menggolong-golongkan jenis komposisi yang mereka gubah.
Komponis Musik Klasik Beethoven, Ludwig van Beethoven (dibaptis 17 Desember 1770 di Bonn, wafat 26 Maret 1827 di Wina) adalah seorang komponis musik klasik dari Jerman. Karyanya yang terkenal adalah simfoni kelima dan kesembilan, dan juga lagu piano Für Elise. Ia dipandang sebagai salah satu komponis yang terbesar dan merupakan tokoh penting dalam masa peralihan antara Zaman Klasik dan Zaman Romantik.



2.2  Kajian Aktifitas

Beberapa Informasi lingkungan perilaku aktifitas di dalam auditorium mencakup jajaran yang luas dari datang sampai keluar gedung.  Beberapa fenomena, menunjukan pada kondisi-kondisi yang sebagian besar adalah nyata, kongkret, dan dapat diamati, sedangkan yang lain-lain , menunjukan kepada pengaruh-pengaruh lingkungan, yang hanya sementara saja berlangsung dan tersembunyi.

Hanya beberapa dari fenomena ini dapat disajikan, tapi mereka memberikan petunjuk tentang tipe-tipe dan factor lingkungan-perilaku yang harus diketahui para Arsitek agar dapat merancang dengan peka kegiatan di dalam auditorium tsb,mulai dari pengelola,pegawai,dan pengunjung.



Pengelola Gedung
Mengurusi semua operasional estate diluar tugas pemasaran/marketing,mengelola dana yang diperoleh dari service charge untuk segala kebutuhan perwatan gedung, pengelolaanya dan perawatanya.
Memberikan pelayanan kepada pengunjung gedung dan informasi yang diinginkan.
Pegawai Gedung Auditorium
Pekerja atau staff gedung Auditorium melakukan aktivitas pekerjaan dan menerima sewaan dari berbagai macam kegiatan di dalam gedung.
Aktifitas Pengunjung Auditorium
Menggunakan Fasilitas Gedung yang sudah tersedia di dalam gedung,dan melakukan aktifitas.




Daftar Pustaka

·         Doelle.L.Leslie: Akustik Lingkungan, McGill university, Motreal, 1972
·         http://books.google.co.id/books?id=pAjU2EQ_6_QC&pg=PA91&lpg=PA91&dq=JENIS-JENIS+AUDITORIUM&source=bl&ots=3T0UO45Vkq&sig=kUYmMt6x7KztiAqv8zMXAlheBoA&hl=en&sa=X&ei=y0P2UOW3HYfLrQf_pYDoCw&redir_esc=y#v=onepage&q=JENIS-JENIS%20AUDITORIUM&f=false
·         http://www.studymode.com/essays/Pengaruh-Musik-Klasik-338921.html
·         Rivaldi Rachman, Art Auditorium di Bandung. Arsitektur Bentang Lebar












  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment